Teks
Serikat Buruh Mengejar Mimpi
“Tujuan dari gerakan kelas pekerja adalah untuk tidak lagi menjadi pekerja!”
oleh : Burhan May Lee
Organisasi merupakan syarat untuk membangun sebuah gerakan, pendukung bagi tercapainya emansipasi. Ia adalah instrumen pokok untuk mencapai tujuan kolektif. Organisasi adalah manifestasi dari perjuangan individu-individu yang memiliki kesamaan visi.
Di dalam gerakan pekerja, organisasai buruh memegang peranan yang sangat vital sebagai wadah bersama. Di sinilah tempat memadatkan ide menjadi metode-metode aksi untuk membebaskan pekerja. Indonesia tercatat memiliki ratusan serikat buruh yang tersebar di berbagai sektor perekonomian.
Beberapa tahun terakhir aksi protes dan mogok kerja mulai massif dilakukan para pekerja di seluruh nusantara terutama dalam menuntut kenaikan upah dan penghapusan sistem kerja outsourcing.
Aksi tersebut tentunya tidak akan pernah ada jika buruh-buruh yang banyak itu tidak memiliki alat perjuangan pokok yaitu organisasi. Namun gelombang aksi protes yang sangat besar disertai dengan pe-mogokan yang menyebabkan kerugian yang sangat besar pemilik modal masih belum mampu membuat tuntutan-tuntutan yang buruh sampaikan itu semuanya dipenuhi.
Mengingat peranan vital dari keberadaan organisasi dalam gerakan buruh, saya mencoba menelaah satu per satu kelemahan dan error dari organisasi buruh (dari level bawah hingga atas) yang ada saat ini. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi pada perjuangan buruh agar mampu melihat alternatif lain dari organisasi yang sistem operasinya secara turun temurun diwariskan tanpa ada perbaikan.
Elit dan Birokrasi Buruh
Berdasarkan pengamatan saya, sebagian besar organisasi buruh di Indonesia mempunyai ciri/bentuk yang sama yaitu organisasi hirarkis dan sentralistik. Bentuk organisasi ini memang sangat lazim di Indonesia seperti halnya semua lembaga formal pemerintah maupun non-pemerin-tah. Organisasi buruh yang hirarkis membuat minoritas orang dalam organisasi mengontrol mayoritas pekerja yang tergabung di dalamnya. Hal ini yang disebut elit-elit organisasi buruh.
Dalam banyak kasus, perjuangan buruh yang sangat maju misalnya pemogokan dan protes dilancarkan dalam waktu yang lama dan sangat merugikan, berakhir begitu saja melalui jalur negosiasi yang membuat buruh kalah! Elit-elit organisasi buruh punya andil besar untuk memandulkan gerakan yang ekskalasinya sudah besar. Mereka dengan jumlah yang sangat kecil disertai dengan kekuasan yang besar sangat mudah didekati oleh pihak perusahaan melalui perundingan-perundingan hingga sogokan sejumlah uang dari pemilik perusahaan.
Organisasi yang hirarkis membuat peluang tumbuhnya elit buruh menjadi lebih besar. Sistem kepemimpinan tunggal menyebab-kan penumpukan kekuasaan (power) yang sangat besar pada segelintir orang. Ketidakmerataan kekuasan dalam organ-isasi buruh menyebabkan penumpuk-an harapan mayoritas individu kepada sedikit orang yang memegang kekuasaan.
Pengambilan Keputusan yang Sentralistik
Dengan bentuk yang hirarkis, keputusan yang telah diambil oleh badan kepengurusan pusat bersifat mutlak dan mesti dijalankan oleh semua organisasi yang berada di bawahnya. Hal ini seringkali menyebabkan penyeragaman strategi dan taktik walaupun sebenarnya masing-masing organisasi di bawahnya (sub-ordinat) memiliki masalah speksifik yang tidak bisa diselesaikan dengan keputusan yang bersifat ‘nasional’ tersebut.
Keputusan yang sentralistik ini menyebab-kan organisasi sub-ordinat menjadi mandul dan mengalami kebuntuan metodologi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Kekakuan tersebut juga menyebabkan usulan-usulan dari bawah, baik dari organ-isasi subordinat maupun anggota lain seringkali tidak terakomodir karena tidak sejalan dengan agenda nasional organisasi buruh. Jika usulan tersebut dipaksakan untuk disetujui, organisasi dan individu yang melakukannya bisa dituduh melakukan sesuatu yang kontra-produktif yang tak jarang berakhir dengan pemecatan.
Kritik dan Pembaharuan
Sebuah organisasi yang revolusioner akan selalu terbuka terhadap kritik, terbiasa dengan diskusi yang bebas, terbuka dengan masukan dan tidak menolak perubahan-perubahan baik dalam visi maupun metodologi. Begitu pula dalam organisasi pekerja, jika pekerja tidak jeli melihat perubahan-perubahan taktik yang dilancarkan kelas pengusaha untuk menekan pekerja, buruh tidak akan merdeka dan tetap menjadi pihak yang dihisap.
Organisasi buruh seharusnya tidak lagi kaku dengan memaksakan semua keputusan strategis dan taktis dari pengurus buruh untuk dijalankan sesuai dengan waktu yang telah dipatok. Jika terjadi kesalahan di dalamnya anggota serikat buruh mesti protes, mengeluarkan argumentasi untuk memperbaiki apa yang sedang dikerjakan tersebut.
Kritik dan diskusi tidak harus menunggu kanal kongres dan semacamnya. Hal ini bisa dilakukan kapan saja ketika sesuatu berjalan salah dan menjauhkan perjuangan dari tujuan yang telah disepakati bersama.
Kewajiban Utama Organisasi Buruh
Organsasi buruh memiliki kewajiban utama untuk membangun kesadaran kelas bagi semua anggota yang ada di dalamnya. Pada hakekatnya buruh berjuang agar tidak lagi menjadi buruh, beremansipasi menjadi manusia yang bebas. Kelas pekerja tercipta karena alat produksi yang dimiliki oleh para buruh diambil alih oleh kelas kapitalis. Friksi antara dua kelas ini akan terus berlangsung jika alat-alat produksi masih dikuasai oleh segelintir kapitalis.
Kesadaran kelas berarti bahwa setiap pekerja paham akan posisinya sebagai kelas yang tertindas, individu-individu yang dihisap tenaganya oleh para majikan. Di dalam relasi buruh-majikan tidak ada keadilan di dalamnya, karena hal yang buruh miliki telah mereka renggut demi mengakumulasi kekayaan mereka.
Jika penghapusan kerja (upahan) dan pengambil-alihan alat-alat produksi dari kelas kapitalis menjadi orientasi utama dan tujuan dari sebuah organisasi buruh, maka serikat buruh akan melampaui gerakan yang sekedar menuntut upah yang layak atau tempat kerja yang kondusif menjadi sebuah gerakan sosial yang lebih besar dan radikal : penghapusan kapitalisme. ][
diterbitkan dalam Serum #5 – Mei 2013
Tagged buruh, kritik, organisasi