Teks
Bila Bos Kepala Batu
Mengapa Pekerja Sebaiknya Melakukan Aksi Langsung di Tempat Kerja?
Ishmael Yahalah
Sejak majikan atau bos mendapatkan keuntungan dengan cara menghisap atau mengeksploitasi tenaga, pikiran dan waktu kita, maka kepentingan kita dengan kepentingan bos selalu berlawanan. Kepentingan mereka untuk meraup untung akan menjadi prioritas, dan kepentingan kita sebagai pekerja akan ditempatkan di urutan kesekian.
Saat kita tidak setuju dengan situasi tersebut, kita dipersilahkan untuk menempuh “cara resmi” dalam mengajukan keberatan atau protes. Cara resmi itu berupa surat keberatan kepada manajemen, hingga tahap perundingan. Bila cara ini gagal –dan memang seringkali gagal, barulah bisa melakukan mogok kerja.
Mogok kerja resmi yang diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK), melemahkan dan merugikan pekerja. Contohnya pada pasal 140 dan 142 UUK mewajibkan pekerja melapor secara tertulis seminggu sebelum mogok dimulai, disertai berbagai macam persyaratan lainnya.
Bila mogok tidak berhasil, kita dipersilahkan menempuh jalur hukum atau pengadilan yang dapat menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan, dan cukup untuk membuat pekerja dilanda berbagai masalah seperti masalah keuangan, kejenuhan menunggu, surutnya semangatnya, hingga manipulasi proses hukum. Sementara bos bisa dengan mudah menggantikan pekerja yang mogok dengan orang lain, menyewa preman untuk membubarkan aksi, membayar polisi untuk menangkap kawan-kawan kita.
Kita bisa saja melakukan cara lain. Menulis surat dari pembaca di koran-koran misalnya, atau menelpon ke radio dan televisi, atau mengadukan nasib kita ke anggota dewan, sambil berharap pemerintah atau elit-politik bisa turut campur memperjuangkan kepentingan kita.
Tapi cara ini terbukti sungguh lemah. Perusahaan tempat kita bekerja bisa membeli polisi, dinas tenaga kerja, dan para politisi, untuk melawan kita, atau menyuap media massa untuk menerbitkan berita yang menyudutkan kita.
Cara-cara resmi ini pada akhirnya menunjukkan kepada kita bahwa seluruh jalur formal dan hukum yang ada sesungguhnya dibuat untuk melemahkan perjuangan kita.
Oleh karenanya, kita harus mengembangkan metode lain. Metode yang efektif, memberdayakan, dan berbasis pada kekuatan sendiri. Aksi langsung adalah cara yang direkomendasikan untuk melihat bagaimana kita sebenarnya memiliki kekuatan besar untuk memperjuangkan kepentingan kita.
Jadi apa itu aksi langsung?
Aksi langsung adalah saat kita mengambil tindakan secara langsung tanpa campur tangan pihak ketiga. Kita tidak perlu mengharapkan mereka karena menyandarkan harapan pada pihak lain dengan sendirinya melemahkan posisi kita.
Aksi langsung menolak cara-cara elitis yang mengabaikan partisipasi, seperti melobi anggota dewan atau tokoh-tokoh elit, perundingan dengan sistem perwakilan, atau mengharapkan kebaikan hati pemerintah atau perusahaan untuk memperbaiki nasib kita.
Dengan berjuang secara langsung, maka kita dapat memegang kendali dan tanggung jawab atas aksi-aksi tersebut, bukan pihak lain.
Cara-cara ini juga memperlihatkan bahwa kekuatan terletak pada diri kita. Untuk mencapai tujuan, kita hanya bisa bergantung pada satu sama lainnya. Sehingga kerjasama dan solidaritas merupakan sebuah hal mutlak dalam keberhasilan perjuangan kita.
Aksi langsung dapat dipraktekkan di tempat kerja, lingkungan tempat kita tinggal maupun di sekolah/kampus.
Aksi Langsung di Tempat Kerja
Aksi langsung di tempat kerja adalah segala tindakan yang bisa mengganggu bos dan perusahaan, agar mereka bisa dipaksa bertekuk lutut memenuhi tuntutan pekerja. Tindakan-tindakan ini menekankan pada kemampuan dan kemandirian pekerja. Tujuannya untuk mengganggu atau menghentikan proses produksi. Karena itu makna “langsung” juga berarti menyasar jantung produksi.
1. Mogok Liar
Mogok kerja liar (wildcat strike) adalah aksi mogok dimana pekerja tidak meminta izin mogok baik dari serikat maupun perusahaan. Mogok kerja liar adalah alternatif bila aksi resmi tidak diizinkan atau rentan dimanipulasi dan dikontrol oleh pihak perusahaan maupun elit-elit serikat. Ini biasa terjadi dalam serikat yang sangat birokratis dimana pekerja hanya boleh mendengar atau menjalankan keputusan organisasi, tanpa banyak didengar. Seringkali malah petinggi-petinggi serikat didekati (atau mendekati) manajemen dan bos, supaya bisa mengendalikan pekerja.
2. Pendudukan
Pendudukan berarti mengambil alih tempat kerja (kantor/pabrik) dan menghalangi bos mengendalikan atau mengoperasikannya. Tujuannya untuk mengambil alih kendali, menghentikan proses kerja, menggunakan fasilitas untuk kebutuhan aksi, bahkan mengoperasikan tempat kerja di bawah dewan pekerja.
Tentu saja ketika pendudukan berlangsung, proses kerja dan operasional kantor berhenti total. Untuk mengawal ini pekerja perlu menyusun jadwal piket atau ronda, mengundang solidaritas dari tempat lain, untuk memastikan bahwa pendudukan tetap berlangsung tanpa ada kekosongan yang memungkinkan orang-orang perusahaan mengambil alih kembali.
3. Memperlambat Kerja
Perlambatan kerja adalah tindakan yang bisa menurunkan produktifitas, dengan cara berlambat-lambat dalam menyelesaikan pekerjaan kita.
Misalnya bila satu hari kita biasanya menyelesaikan 10 tugas, maka dengan melambatkan kerja kita hanya perlu menyelesaikan 2 saja hingga waktu kerja usai. Kerja yang lambat tentu ini sangat mempengaruhi produktifitas perusahaan dan profit yang diterima bos.
4. Bekerja ala kadarnya
Seringkali pekerja diminta mengerjakan sesuatu yang melebihi beban tugasnya, atau melampaui target normal. Kita bisa mengurangi profit atau pemasukan perusahaan dengan ‘bekerja ala kadarnya’, yakni bekerja sesuai ketentuan normatif. Dengan begitu, kita tidak perlu mengeluarkan tenaga atau waktu untuk kelebihan yang tidak terbayar.
5. Membocorkan Rahasia Perusahaan
Banyak perusahaan beroperasi dengan rahasia yang merugikan masyarakat umum, atau memanipulasi sebuah fakta untuk meraup keuntungan. Pekerja dapat membocorkan rahasia perusahaannya dengan tujuan memberikan tekanan pada perusahaan, atau menginformasikan sesuatu yang menguntungkan orang banyak.
Seorang pekerja sebuah pabrik logam dapat menyebarluaskan informasi yang ia ketahui tentang adanya pembuangan limbah ke sungai. Atau seorang teknisi perusahaan servis alat elektronik dapat memberitahukan pelanggan agar tidak usah mengganti seluruh bagian sebuah televisi yang diservis, melainkan hanya komponen tertentu saja, karena ia mengetahui bahwa rahasia perusahaan adalah pelanggan mengganti lebih banyak bagian dari yang seharusnya.
6. Pura-pura Sakit/Mangkir Dari Kerja
Pekerja bisa menelepon atau menyurat untuk mangkir dari kerja dengan alasan sakit. Cara ini semakin efektif bila dilakukan bersamaan atau paling tidak mayoritas pekerja dalam satu divisi atau satu tempat kerja. Pekerja bisa menggunakan waktunya untuk beristirahat, menghabiskan bersama keluarga atau untuk kepentingan organisasi, serta lainnya.
7. Sabotase
Sabotase adalah tindakan paksa secara sengaja dan tersembunyi untuk mengganggu atau menghentikan proses kerja, baik terhadap alat-alat kerja, aktifitas maupun situasi kerja.
Pekerja bisa menghentikan mesin-mesin atau alat produksi secara diam-diam, menghapus data-data penting perusahaan, mematikan saluran komunikasi, menyebar kecoak-kecoak di sebuah restoran terkenal, memasukkan lem super ke dalam kunci pintu, dan banyak contoh lainnya. Semua cara perlu dicoba untuk diketahui yang mana paling efektif dan sesuai.
Kesimpulan : Percaya pada kekuatan sendiri
Dalam kapitalisme, pekerja memiliki kedudukan sangat penting dan vital. Sekali kita menyadari dan menggunakan kekuatan ini, maka proses produksi akan terganggu bahkan berhenti. Inilah yang sangat ditakutkan para bos.
Aksi-aksi seperti ini membawa pekerja pada posisi berhadap-hadapan langsung dengan bos atau majikan. Dengan mengembangkan pola-pola langsung, kita bisa senantiasa melawan bos, dan tidak terlena dalam situasi kerja dan kebahagiaan semu ala kapitalisme.
Tetapi aksi langsung bukanlah sekedar melampiaskan kemarahan kepada bos dan majikan. Aksi ini juga tidak semestinya mengecilkan perjuangan pekerja untuk tujuan lebih besar yakni menghapuskan kapitalisme dan menata kehidupan sosial yang layak.
Aksi langsung adalah penolakan bahwa pekerja tidak bisa merubah nasibnya. Menolak bahwa perubahan dan perbaikan kehidupan hanya bisa dilakukan melalui pemilu, atau melalui politisi dan partainya di pemerintahan. Sebaliknya perubahan mesti diperjuangkan oleh pekerja itu sendiri.
Dengan mengambil alih kendali atas perjuangan, mengontrolnya secara bersama, serta mengupayakan keterlibatan kolektif, sebagaimana yang ditekankan dalam aksi-aksi langsung, maka perjuangan dapat mendidik kita untuk memperjuangkan kehidupan kita tanpa menggadaikannya kepada para ‘ahli’ atau politisi. Ini adalah bekal kita mempersiapkan kita masyarakat bebas untuk hidup secara baik.
Dimuat dalam Serum #4 – Edisi November 2012
Tagged bos, pekerja, perjuangan kelas, sabotase, serum, strategi-taktik