Kontinum.org – Jurnal Antiotoritarian Online

Teks

DEMI API YANG SEMOGA TETAP MEMBARA

August 19, 2010 by in Artikel, Komunike with 6 Comments

Surat untuk Para Pemogok, Para Buruh Pemberani PT. Bomar

Kawan dan saudara yang akan menang, kami sengaja menulis surat sederhana ini. Kami menulisnya terbuka, agar semua orang bisa tahu bahwa ada api yang sementara membakar dan belum padam.

Kami salut dan selalu hormat dengan semua pemberontakan dan perlawanan yang pernah dan senantiasa akan hadir dalam sejarah.

Kami sepenuhnya tahu bahwa karena keyakinanlah yang membuat kawan-kawan tetap bertahan. Keyakinan yang patut dikenang dan diperjuangkan itu memberikan kekuatan di tengah ancaman keuangan yang menipis, rasa lapar dan haus yang senantiasa datang, bayangan dan kenangan akan keluarga di rumah dimana di pundak kawan-kawanlah mereka bersandar untuk tetap bertahan hidup. Kadang semua ini harus dilalui dengan tangis, luka, dan sedih. Tapi kita tidak boleh lupa untuk selalu menyisipkan tawa dan teriakan sekencang-kencangnya, dalam hari-hari penuh semangat ini.

Kawan dan saudara yang akan menang, kami tidak datang sebagai penolong, malaikat atau pahlawan. Kami sepenuhnya percaya bahwa “pembebasan pekerja hanya bisa dilakukan oleh pekerja itu sendiri”. Dan karenanya, pembebasan kelas pekerja tidak akan hadir oleh kemurahan hati kaum majikan, oleh Dinas Tenaga Kerja, oleh serikat, mahasiswa, presiden, partai atau oleh para politisi.

Kami bukan pahlawan kesiangan, pejuang kebebasan, juru selamat, atau berbagai bentuk messiah di abad modern ini. Kami ada dengan tanpa nama, label, bendera, atau berbagai hal yang menonjolkan dangkalnya sebuah perjuangan yang dimediasi oleh citra.

Kawan dan saudara yang pasti menang. Musuh kami adalah semua kaum majikan. Dan karena para pekerja PT. Bomar saat ini tengah berperang melawan salah satu dari mereka, maka kami berdiri untuk bergabung dalam perang ini. Perjuangan melawan semua kaum majikan adalah hasrat yang membawa kami berada bersama kawan dan saudara semua.

Kami seperti halnya kawan-kawan, juga menerima perlakukan atas hidup yang diperbudak oleh kerja, komoditi dan keterasingan. Kami para pekerja, mantan pekerja, atau yang tengah dipaksa menjadi robot disiplin untuk dilempar masuk ke dalam barisan pekerja murah.

Setiap orang bisa saja menyerah dan memilih untuk menjalani kehidupan normal berisi hari-hari penuh tekanan, penuh kontrol, eksploitasi dan penindasan. Dengan upah yang kita dapat, kita bisa saja membelanjakannya dengan benda-benda yang mereka produksi, dan berharap bisa hidup tenang. Tetapi ternyata, tak semua orang masuk dalam perangkap ketakutan dan jebakan keragu-raguan.

Musuh kita, para majikan, selalu memiliki rencana untuk hidup kita. Mereka selalu punya cara untuk melemahkan, menakut-nakuti, mencerai-beraikan, mengontrol dan mendominasi kita.

Ada banyak yang orang di luar sana yang memilih kompromi dengan ketakutannya. Ketakutan akan ketidakjelasan hidup saat memilih untuk menghadapi resiko besar seperti pemecatan, penangkapan polisi, atau terusir dari kontrakan karena tidak lagi punya uang. Dan sebaliknya, memilih untuk hidup dengan tenang-tenang saja dan berdamai dengan semua ini.

Mereka selalu berfikir bahwa kebebasan adalah bebas dari hari-hari penuh tekanan, seperti saat kita di bawah tenda plastik yang panas di kala siang, dan dingin saat malam.

Tetapi bukankah hari-hari penuh tekanan, pelecehan, penghisapan, kekerasan fisik, dan semua kekejaman dunia modern itu bersarang di tempat kerja tiap harinya? Bukankah juga kita semua bekerja karena terpaksa? Dan bukankah kebebasan dan kelayakan hidup yang hendak kita capai? Oleh karenanya, sebuah pemogokan, aksi protes, sabotase, atau perlawanan-perlawanan lain mesti dijunjung, dibela dan dikenang sebagai hakikat dan upaya dari pencarian kebebasan.

Kawan dan saudara yang menang melawan rasa takut, kami salut dan hormat untuk setiap perlawanan dan pemberontakan pada tatanan dunia ini. Dengan segala daya yang terbatas (meski semangat dan imajinasi selalu tanpa batas) kami bersolidaritas.

Ini bukanlah sebuah manifestasi moralitas umum, rasa iba atau kasihan, sebagaimana yang dijual acara-acara televisi. Ini bukan semangat aktifisme yang dangkal untuk tetap eksis. Ini hanya persoalan kita berbeda majikan, dan perjuangan melawan setiap kaum majikan di manapun adalah juga perjuangan kami. Hingga semua kontrol dan tiran remuk redam secara fisik dan gagasan.

Kami tidak lagi peduli pada jumlah dan kuantitas. Fokus kami adalah memelihara api-api yang telah menyala untuk terus berkobar dan membakar seluruh dunia ini. Hingga api-api tersebut terus menjalar dan membesar. Hari ini, mari kita pecundangi semua halusinasi. Suatu saat, akan ada teriakan keras :

Wahai para pemogok, kita ada dimana-mana!!

Tagged , , pemogokan

Related Posts

6 Comments

  1. Andreas BaaderAug 19, 2010 at 6:04 pm

    Para Pekerja!!! Hidup, Mimpi, serta angan kalian Harus tentukan sendiri. Bukan Pada siapapun. Kalau Kami ada saat ini bersama kalian, itu pun untuk mimpi-mimpi kami akan Kebebasan. Mari Menantang Bala!!! Menjadi Bayangan Dari Masa Depan.

  2. weropAug 20, 2010 at 6:01 am

    kontinum, kalian sgt membuatku bersemangat. layout baru, semangat baru. kalian keren !!!!

  3. Tweets that mention DEMI API YANG SEMOGA TETAP MEMBARA -- Topsy.comAug 21, 2010 at 1:00 am

    [...] This post was mentioned on Twitter by antosuicide, antosuicide. antosuicide said: Surat untuk Para Pemogok, Para Buruh Pemberani PT. #Bomar: DEMI API YANG SEMOGA TETAP MEMBARA http://bit.ly/cC3I6Y [...]

  4. WalterAug 22, 2010 at 7:17 am

    Panjang umur pemberontakan!

  5. fajriAug 24, 2010 at 6:21 pm

    karena penindasan dan penghisapan ada dimana2, maka pemberontakan dan perlawanan harus tetap ada dan tak akan pernah padam!!!!
    panjang umur kaum yang berlawan!!!

  6. flying dutchmanSep 4, 2010 at 11:05 pm

    mmbangun gerakan berkesadaran dgn kultur insurgen di dalamx susah bro. salut!

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Call For Papers – Jurnal Kontinum
Tulisan Terbaru
Flash News
Terbitan Terkini !