Teks
SEKOLAH BEBAS YANG MEMBEBASKAN
Judul : Summerhill School; Pendidikan Alternatif yang Membebaskan
Penulis : AS. Neill
Penerbit : Serambi, Jakarta
Cetakan : I, Juni 2007
Tebal : 356 Halaman
Peresensi : Mahesa Jenar
Mengapa banyak anak yang tidak bahagia? Mengapa sampai tidak bahagia? Berapa banyak orang tua yang menyalahkan sekolah anaknya lantaran anaknya tetap tidak tahu apa-apa dan cenderung anti sosial? Apa yang menyebabkan pendidikan hari ini tidak memberikan kebahagiaan pada anak, dan malah cenderung mematikan semangat anak. Mengapa dan mengapa?
Hal tersebut merupakan sederet pertanyaan yang muncul jika kita membahas pendidikan dan sekolah hari ini. Buku yang ditulis oleh Alexander Sutherland Neil ini diadaptasi dari kehidupan sehari-hari di Summerhill School, sebuah sekolah yang didirikannya dan merupakan surga bagi dunia anak-anak: dunia bermain.
Sejak didirikan pertama kali pada tahun 1921 di kota Leiston, Suffolk, 160 kilometer dari kota London, Summerhill adalah sekolah yang dididirikan untuk menjawab permasalahan pendidikan saat itu. Summerhill bercerita tentang sekolah bebas yang dipenuhi oleh anak-anak. Ide awal pembuatan sekolah ini adalah membuat sekolah yang cocok dengan anak-anak, bukan sebaliknya membuat anak anak cocok dengan sekolah. Latar sekolah ini adalah asrama yang dipenuhi kegaduhan anak yang berlari dan bermain sehingga membuat Summerhill bak taman bermain anak ketimbang sekolah sebagaimana gambaran umum.
Summerhill memang bukan sekolah biasa, tetapi sekolah bebas dimana anak-anak bebas memilih pelajaran yang disukainya. Setiap anak bebas mengikuti pelajaran yang diinginkannya dan juga bebas untuk tidak mengikuti pelajaran. Ini bahkan bisa berlangsung hingga bertahun-tahun. Summerhill bak sebuah laboratorium sosial dimana anak-anak melakukan ekperimennya sendiri. Yah, eksperimen kataku. Melalui eksperimen ini anak-anak mengetahuai apa yang baik dan apa yang buruk dari pengalaman internal mereka sendiri. Anak-anak tidak diajakan mengenai moralitas ataupun pendidikan yang berbau indoktrinasi, namun siswa lulusan Summerhill cenderung lebih baik dibanding lulusan sekolah negeri lain pada zamannya. Mengapa? Karena siswa Summerhill memperoleh semuanya dengan eksperimen mereka sendiri tanpa ada paksaan dari luar dirinya.
Buku “Summerhill School : Pendidikan Alternatif yang Membebaskan” ini selain menceritakan mengenai kehidupan anak anak di Summerhill juga sarat dengan berbagai hal yang bisa menjadi inspirasi bagi para orang tua dan guru, bahwa betapa tidak bahagianya anak di sekolah yang tidak bebas.
Tahun tahun awal berdirinya Summerhill adalah tahun tahun yang penuh dengan masalah, tidak jarang Summerhill menerima anak yang bermasalah, seperti sering mencuri, berbohong, mengumpat dan menjual properti pribadi di Summerhill.
Secara lugas AS. Neill bercerita bagaimana sulitnya menghadapi seorang anak yang telah lama diserang penyakit terkekang. Namun, lebih dari itu, masalah utama yang dihadapi AS. Neill sesungguhnya menurutnya dalam buku ini adalah bagaimana membuat orang tua sadar bahwa anaknya bukanlah robot yang mesti selalu diperintah. “Anak-anak mereka adalah manusia yang mendambakan sebuah hidup yang bebas dan bahagia”, kata Neill. Disaat anak dipaksa menjadi anak yang jujur secara langsung dia dipaksa berbohong, karena kebohongan anak-anak adalah egois, sifat egois anak-anak adalah sifat alamiah yang akan berubah menjadi sosial jika ia berjalan sesuai dengan kesadaran anak itu sendiri. Inilah kesuksesan Summerhill yaitu membuat setiap anak belajar dari dirinya sendiri dengan membebaskannya bereksperimen.
Meskipun anak-anak di Summerhill dibebaskan sebebas-bebasnya, bukan berarti Summerhill tidak punya aturan main. Di Summerhill diselenggarakan rapat mingguan, yakni rapat yang diikuti oleh semua anggota komunitas tanpa kecuali. Aturan ditentukan oleh konteks dimana aturan itu dibuat dan disusun oleh aktor yang berada di dalamnya. Rapat mingguan ini adalah rapat yang digelar untuk membahas permasalahan antar komunitas dan individu untuk membuat Summerhill menjadi sekolah yang tidak anti sosial.
“Ketidakteraturan yang teratur” mungkin adalah hal yang menggambarkan Summerhill. Setiap komunitas hidup pada aturannya masing-masing, namun tidak sering komunitas satu dengan yang lainnya cekcok diakibatkan perbedaan pandangan yang tidak bersifat moralis, seperti anak laki laki yang mengganggu anak perempuan yang sedang bermain teater, atau anak laki laki yang sering bermain perang-perangan dan mengganggu ketenangan anak yang lebih dewasa saat berekpresi di bengkel, atau yang menghilangkan dan merusak properti milik Summerhill. Namun masalah ini semua selesai di depan rapat umum yang menetapkan anggotanya semua setara, dimana setiap orang tanpa kecuali, memiliki suara yang sama.
Biasanya masalah-masalah ini bersumber dari siswa baru yang eforia menikmati kebebasan yang tidak didapatkan di sekolah lamanya. Namun seiring ia berbaur dengan komunitas ia semakin paham bahwa kebebasan akan berhubungan dengan kebebasan lainnya yang sampai pada waktunya menemukan titik imbangnya.
Nah buku yang mengangkat mengenai sebuah sekolah yang dikelola secara bebas dan membebaskan ini mestilah “menjadi referensi yang mesti ada di rak buku setiap pengajar dan orang tua”. Selamat membaca!
Tagged pendidikan, sekolah, summerhill
ELANG ANTARNUSAJun 18, 2010 at 8:06 am
sy setuju sob u/ sll ad d rak buku skull, buku yg menggambarkan bebas yang membebaskan
Alisa Dita NaimpianJun 19, 2010 at 1:43 pm
alternatif sekolah atau sekolah alternatif?
sekolah memang salah satu produk peradaban, cikal bakalnya memang diperuntukkan untuk melanggengkan kekuasaan. hingga sekarang? sama saja, pabrik robot biar kita tetap bisa dikontrol
flying dutchmanJun 24, 2010 at 10:31 am
permasalahan sekolah tidak melulu soal pembiayaan seperti yang selama ini selalu diperdebatkan. sekolah gratispun tidak akan ada artinya ketika masih berada dibawah sistem kapitalisme. ya, sekolah harus menghargai peserta didik sebagai manusia, penuh kegembiraan dan canda tawa, kebebasan dan toleransi, interaksi dengan lingkungan sekitar serta aspek2 kemanusiaan lainnya.
oditekecilJun 25, 2010 at 5:25 am
seperti kutipan dari warga bantaeng “kami tidak butuh pendidikan formal”..
rusydiJun 27, 2010 at 2:42 am
tapi belum cocok dilaksanakan di sekolah2 negeri. sekolah sebatas kejar target
rusydiJun 27, 2010 at 2:44 am
tapi belum cocok untuk sekolah2 negeri yang sebatas mengejar target kelulusan
adhyJun 27, 2010 at 2:39 pm
“Buat apa sekolah kalau ujung-ujungnya hanya menjadi budak”(Sistem pendidikan hari ini)hanya menjadikan kita budak-budak yang akan melayani para kaum kapital borjuis. Suara rakyat: akan pendidikan hari ini bagaikan sapi yang ditarik oleh pengembalanya.
rumputliar kolektifJul 18, 2010 at 5:11 am
bagus secara textbook dan resensi, tapi yang menjadi pertanyaan sudahkah ini diterapkan di negeri ini, atau mungkin kontinum yang sudah merilisnya sudah melakukannya, seperti kta pepatah: teori mendukung praktek, praktek menguji teori, jika hanya dirilis aja mungkin nggak akan berpengaruh besar buat perubahan….mohon tanggapannya y….:-) si RULI
Mahesa DjenarJul 19, 2010 at 6:06 pm
menurutku pertanyaanya bukan sama kontinum tapi pada diri kita sendiri maukah kita menjalankannya.
kontinumJul 19, 2010 at 7:08 pmAuthor
Sepertinya Rumputliar salah memahami tulisan ini, tercermin dari tanggapannya “atau mungkin kontinum yang sudah merilisnya sudah melakukannya”. Di awal tulisan sudah ada keterangan bahwa ini adalah resensi dari buku karya AS. Neil tentang sekolah yg dibuatnya, buku ini diterbitkan oleh Penerbit Serambi (dan bukan Kontinum).
Mahesa Jenar, partisipan Kontinum yang menjadi peresensi buku ini, juga sudah memberikan tanggapannya yang proporsional.
Jadi, Rumputliar, maukah anda menjadikan “teori mendukung praktek, praktek menguji teori”? Lagi pula statement : “jika hanya dirilis aja mungkin nggak akan berpengaruh besar buat perubahan” terkesan klise sekali.
Terima kasih, senang berkenalan denganmu, Ruli
aldimanMay 23, 2011 at 12:27 pm
saran, kalo bisa dikasi alamat penerbitnya atau yang megang distribusi tiap buku, di tiap resensi….thanks yahh…
ato kontinum mendistribusikan buku ini???